Jamasan Isi ‘TENONG WARJOYO MULYO’

Pelayanan 17 Oktober 2016 13:26:06 WIB

Jamasan Isi ‘TENONG WARJOYO MULYO’

 

Mungkin agak aneh, diera digital seperti sekarang ini, alat-alat perlengkapan perang tempo dulu yang sebagian sudah usang karena terbuat dari kain, tetap ditempatkan sebagai sesuatu yang sakral.  Dalam kehidupan masyarakat Girikarto, Kususnya Padukuhan Karang, pusaka leluhur  mereka tetap disimpan dan dirawat dengan baik. Hari dan tanggal untuk merawatpun tidak sembarangan, termasuk siapa yang melakukan perawatan atau jamasan.

Dan itulah yang terjadi Karang, Girikarto. Setelah malam satu suro tahun ini yang bertepatan dengan 1 Oktober 2016, setelah membeberkan  Kresna Gugah, pagi saat duha, beberapa Peralatan Perang tempo dulu yang sekarang lebih disebut Pusaka dikeluarkan dari  Tenong Warjoyo Mulyo untuk dijamasi. Tenong, sebuah wadah mirip tenggok tapi pendek. Dan  di  Girikarto, wadah tersebut di gunakan untuk menyimpan benda-benda berharga  yang  di masukkan ke dalam gledek yang ditempatkan dalam pecucen.

Puser Bumi, Lendang Sutera Ontro Kusomo, Silak, Kejen Suro, Godo, Tumbak Tunggul Nogo dan sebilah pedang, ditimang untuk kemudian dijamasi dengan berbagai ramuan kembang. Gusti Aning memimpin pelaksanaan upacara sakral tersebut  di bantu 2 orang kerabat keraton dan 6 warga masyarakat Girikarto yaitu Sukirno ( dukuh Karang ), Warto Sentono ( Karang ), Marno Utomo (Karang), Margo Utomo (Dawung), Wiyadi dan Tukidi masing-masing penduduk Padukuhan Karang.

Setelah berjalan tiga jam barulah selesai prosesi jamasan.  Selendang Sutra Ontro Kusumo  harus dikeringkan  sebelum disimpan. Hal ini dilakukan agar kain atau pusaka yang lain tetap terjaga dan terawat. Demikian sekelumit ‘Jamasan’ di Padukuhan Karang, Girikarto, Panggang yang merupakan ased luhur budaya bangsa. (KR)

Komentar atas Jamasan Isi ‘TENONG WARJOYO MULYO’

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar